Menjadi Suami Yang Baik

sebuah kalimat sederhana, "menjadi suami yang baik" yang bisa jadi kita terbiasa mengucapkannya. kalau kemudian kita iseng tanya kepada laki2 disekitar kita , sudahkah jadi suami yang baik? kayaknya jawaban yang seragam adalah "YA". Namun kalau pertanyaan itu diberikan kepada para istri, "sudahkah suami anda menjadi suami yang baik?" maka akan muncul jawaban yang panjang dengan berbagai catatan2 atau bahkan lebih mirip ajang curhat yang kesimpulannya adalah "BELUM" ( gak berani ngomong tidak, hehehehhe).
Bisa jadi perbedaan ini muncul karena kita dengan pasangan kita belum sepakat dengan kriteria "suami yang baik" sehingga masing2 menggunakan parameter sendiri2 untuk mendapatkan kesimpulan tersebut.
Gak salah sih kita punya kriteria sendiri selama kriteria itu tetap dalam rambu2 alqur'an dan sunah, dan gak salah pula tentunya kalau suatu saat muncul perbadaan atas kesimpulan itu , wong masalah agama aja kadang beda kok, ya nggak?
yang penting adalah kita tahu batasan hak dan kewajiban kita sebagai istri maupun sebagai suami.
Berbicara soal suami, bolehlah para istri menuntut suaminya sesoleh Rosullullah, menuntut kebaikan2, menuntut pelayanan, tapi ya dibarengilah, kalau Rosulullah beristrikan Aisyah maka ketika meminta suami menjadi "Rosulullah abad ini" maka jadilah para istri sebagai "aisyah abad ini" supaya ceritanya menjadi indah.
Kalau suami ditutut menjadi jauh lebih baik tapi para istri tak berupaya memperbaiki diri yang muncul adalah hilangnya sebuah impian musnahnya sebuah harapan hehehehhe.
sebuah catatan penting buat para istri, bahwa suami sejelek apapun dia, mengharapkan hormat kekaguman kebanggaan dari istrinya, jadi jangan pelit2 lah memujinya, jangan sungkan mengucapkan kebanggaannya agar suami merasa punya harga diri, di hargai, merasa sebagai "laki laki".. Mungkin memang suami pernah atau sering atau selalu melakukan kesalahan2 tapi ketika sering disindir atas kesalahan2 itu tak akan membuatnya bertekad memperbaiki diri, tapi malah merasa rendah diri dan hidup dalam bayang2 rasa bersalah. Dekati dia beri kepercayaan dan doronglah agar ia yakin mampu memperbaiki diri paling tidak demi anak anak dan keluarga. Bisa nggak nih buat istri?
Jadi kesimpulan dari tulisan sederhana ini adalah setiap kita baik laki2 maupun perempuan mengharapkan "suami yang baik" hadir di keluarga kita, namun suami yang baik itu tidak turun begitu saja dari langit, tetapi perlu proses yang panjang untuk sampai kesana, dan ini perlu kerja sama yang baik antara suami dan istri untuk membentuknya. Suami yang baik ada bukan karena kita mencari yang sesuai dengan keinginan kita tapi karena kita membentuk sosok suami sesuai dengan tuntunanNya.
selamat berproses menjadi suami yang baik.


Komentar