Merasa diri orang yang Baik

MERASA MENJADI ORANG BAIK

Prasangka  baik dan  indah, yang di tujukan kepada diri kita sendiri seringkali menipu dan menjerumuskan  kepada kesombongan yang tidak kita sadari.
Betapa sering diri kita  menyangka  telah banyak berbuat kebaikan, banyak berbuat amal , bersedekah, sholat tahajud, rajin beribadah, merasa pintar, merasa paling takwa.
Kita juga terkadang menyangka  telah khusyuk dalam beribadah, merasa tawadhu atau menggolongkan kita ke dalam orang-orang yang rendah hati.
Padahal sesungguhnya kita telah menipu diri kita sendiri dengan prasangka tersebut.

Alangkah ruginya jika amal ibadah yang telah kita lakukan selama ini berakhir pada  sikap yang tercela, sombong, berbangga diri, merasa paling benar, merasa paling beriman.
 kita harus segera menyadari kekeliruan tersebut kita bisa terjatuh ke dalam sikap tersebut karena   tidak mengembalikan segala kebaikan yang kita peroleh itu kepada Sang Pemberi karunia, yaitu Allah swt.

Al Qur’an melukiskan riwayat Qarun yang hidup pada masa Nabi Musa as. Qarun berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta karena ilmu yang ada padaku.” (QS.Al Qashash: 78).

Tidak lama setelah itu sangkaan dan kesombongan Qarun menyebabkan dia terbenam ke dalam bumi selama-lamanya.

" Maka Kami bebamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. (QS.Al Qashash: 81)".

Sombong,
ya , sifat itu yang disadari atau tidak seringkali melekat dalam diri kita, melakukan sebuah kekeliruan tetapi marah bila di ingatkan, apalagi sosok yang mengingatkan dianggap tidak lebih baik dari yang di ingatkan, sombong seringkali membuat pintu hati tertutup akan nasehat, kemudian menghujat , menguliti orang yang mengingatkan, padahal yang mengingatkan hanyalah sekedar menyampaikan sebuah kewajiban.
 sombong terlalu sering membuat kita tak bergerak dari lembah hina dan merasa ada di puncak kemuliaan, semua ini terjadi ketika di awal kita sudah merasa menjadi orang baik.

selalu berkaca diri, melihat dan menilai diri, sehingga obyektif dalam membuat penilaian,
selalu memperbaiki diri siapapun kita dan bagaimanapun kita adanya.
merasa banyak salah dan khilaf , kemudian berusaha untuk selalu memperbaiki diri jauh lebih penting dari merasa telah menjadi orang baik dan berbangga diri atasnya.


Komentar