JADILAH DIRIMU SENDIRI

Sahabat sahabatku yang baik,
di awal tulisan ini saya akan bercerita tentang seorang penjaga toko, dan pembelinya.
Alkisah ada seorang penjaga toko yang sejak pagi ia buka toko mukanya manyun terus, rupanya ada masalah keluarga yang membebaninya, setiap ada calon pembeli datang, ia layani dengan malas malasan dan tidak responsif, hingga banyak dari calon pembeli yang batal membeli barang.
Masuklah dua orang pembeli wanita, Ana dan Murti, awalnya keduanya tampak ceria menanyakan barang barang yg dibutuhkan, namun setelah beberapa kali tanggapan dan jawaban yang diberikan penjaga toko terkesan ketus dan ogah ogahan, maka Anapun mulai sebel dan bermuka cemberut juga, bahkan sesekali mulai melontarkan kata kata yg kasar. Beda lagi dengan Murti, walaupun dilayani dengan ketus ia tetap tersenyum santai dan ramah, dan tetap ceria seperti sedia kala. Sikap penjaga toko tidak mempengaruhinya dalam bersikap.
Karena hilang kesabaran akhirnya Ana buru buru mengajak Murti untuk meninggalkan toko tersebut, setelah menjauh dari toko Ana bertanya kepada Murti, kenapa Ia bersikap santai dan ramah pada penjaga toko, padahal penjaga toko itu bersikap sangat menjengkelkan. Jawab murti adalah, Hidup kita, kita yang bertanggung jawab, kita yang memilih dan menentukan ( dengan ijin Allah ), bukan orang lain, biarlah penjaga toko itu tidak ramah ketus dan berkata kata kasar, tapi itu semua jangan membentuk kita menjadi ketus dan kasar juga, artinya kita gak punya pendirian, sikap dia urusan dia, sikap kita kita yang menentukan, kalau kemudian kita ikut ikutan ketus artinya kita tidak atau belum mampu menjaga diri kita untuk tidak mudah terpengaruh orang lain, kepribadian kita berarti belum kuat.

Sahabat sahabatku yang baik,
sering kali kita mengalami peristiwa seperti cerita di atas tapi dalam konteks yang berbeda, mudah sekali sikap kita berubah menjadi buruk hanya karena bertemu orang yang berperangai buruk, mudah sekali kita menjadi bermulut pedas hanya karena bertemu orang bermulut pedas, itu artinya kualitas kita sama dengan orang tersebut. Seharusnya kita punya keyakinan diri, mampu melakukan pengendalian diri sehingga tidak mudah terbawa oleh sikap dan sifat orang lain.Ketika bertemu dengan sikap yang buruk bukannya kita ikut bersikap buruk tapi kita tunjukan ke arifan  dengan tetap bersikap baik kepada orang tersebut. Bahkan bila memungkinkan warnai orang orang di sekeliling kita dengan sikap baik , arif dan bijak sehingga kebaikan itgu dirasakan dan dilakukan oleh setiap orang.

Sahabat sahabatku,
Dengan doa yang tulus semoga kita semua yang sedang berproses menjadi baik ini selalu bisa saling mengingatkan dan melakukan perbaikan diri, mampu menjadi sosok yang bijak dan menyebarkan kebaikan ke sekitar kita, amin.

“Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu”
“Barangsiapa mengenal (arif) terhadap jiwa/diri (nafs)-nya, maka sesungguhnya dia akan mengenal (arif) pula terhadap Tuhan-nya, Pemelihara-nya (Rabb).”

Komentar