layakkah kita menjadi sahabat?



Assalamu’alaikum wrwb,
Sahabat sahabatku yang bijaksana,
Saya ingin mengawali tulisan kali ini dengan sebuah cerita,
Ada 4 orang sahabat yang sudah berinteraksi cukup lama, namun karena berbagai masalah yg dihadapi masing masing, kemudian persahabatan itu terasa hambar. Bahkan ketika ketemu bersama percakapannya terasa kering dan tanpa rasa.
Orang pertama adalah seorang yg wiraswasta kecil kecilan, hingga sering kali merasa kekurangan. Ia kecewa dengan teman temannya kenapa tak mambantunya padahal saat ini sedang susah, dimana persahabatannya selama ini? Protesnya dalam hati ( ia tak menyadari bahwa selama ini sahabat sahabatnya sudah sering membantunya). Orang pertama ini kecewa dengan orang kedua, sang orang kedua adalah karyawan disebuah perusahaan yang bonafid tentunya gajinya , sedang besar, dan sudah selayaknya membantu setiap kali orang pertama membutuhkannya.
Orang kedua, hatinya sedang resah, dengan gaji yang diterima selama ini memang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, tapi ia juga berharap bisa menyekolahkan anaknya di tempat yang lebih baik, dan itu perlu uang yang tidak sedikit, ia perlu menabung, ia juga perlu cadangan untuk hal hal yang tidak disuga, karena kerja di swasta sangat mungkin tiba tiba berhenti atau diberhentikan, dengan berbagai sebab. Disaat yang sama orang pertama sering meminta bantuan, bukannya belum pernah, bantuan juga sudah sering dilakukan, namun saat tidak memberi bantuan, sikap orang pertama menunjukan rasa tidak suka, seolah orang kedua punya salah besar terhadapnya.
Orang kedua berfikir, kenapa nggak meminta bantuan ke orang ketiga saja, ia pengusaha, tentu duitnya banyak sedang ia hanya orang gajian. Harusnya si pengusaha yang membantu teman yang lain, bukan dia. Harusnya pengusaha menunjukan persahabatannya dengan membantu teman temannya, bukan asyik dengan kekayaannya, belum lagi ia baru beli mobil inova terbaru, pasti duitnya banyak.
Orang ketiga adalah seorang pengusaha, terlihat memang ia nampak lebih berada dari yang lain, ia pun tahu bahwa teman temannya banyak menggantungkan harap padanya,  dia ia berfikir apakah arti sebuah persahabatan itu kemudian harus menanggung semua kesulitan teman temannya?
Bukankah selama ini juga sudah sering memberikan bantuan? Kenapa ketika saat ini tidak bisa membantu kemudian cercaan mengalir kepadanya? Sebagai pengusaha, ia hanyalah pengusaha kecil dengan modal pinjaman bank, apabila salah dalam perhitungan maka cicilan bank menunggu. Sang pengusaha juga merasa punya tanggung jawab lain, saudara sauadaranya hidup dalam kekurangan, ia punya tanggung jawab untuk membantunya, dan namanya usaha pasang surut, saat ini sedang dalam kondisi tidak bagus, bisnisnya tak seperti yg diharapkan, kenapa teman temannya tak bisa memahami ini? Kenapa hanya melihat sisi luarnya saja? Maka orang ke tiga merasa tidak nyaman dengan sahabat sahabatnya.
Orang ke empat, ia adalah karyawan disebuah perusahaan, hidupnya cukup, bersahabat dengan yang lain, namun dari awal sikapnya jelas, urusan keuangan adalah urusan masing masing, jadi ia tak begitu memikirkan dengan kesulitan yang lain, toh saat ia kesulitan juga tak merepotkan yang lain, ditanggung sendiri.

Sahabat sahabatku semua, 4 tipe orang tadi akan banyak kita temui dalam pergaulan kita, dan bisa jadi kita adalah salah satu dari tipe empat orang tersebut, yang kurang dalam persahabatan tersebut adalah keyakinan bahwa Allah sang pengatur rizky, Allah tempat bergantung dalam meminta rizky, belum adanya rasa syukur Atas apa yang sudah didapat, dan iri pada orang lain. Risky itu Sesungguhnya hanya dari Allah, dan sangat mungkin syariatnya melalui teman kita, namun saat rizky itu tak keluar dari teman maka jangan marah sama mereka, karena bisa jadi Allah akan memberikan dengan jalan lain. Jalan yang belum kita duga duga. Yakinlah akan datangnya rizky dari Allah bisa melalui jalan apapun.
Sebuah persahabatan dibangun oleh sebuah kepercayaan, sebuah kepercayaan terbentuk dari sikap dan prilaku. Apabila sikap dan prilaku kita belum sesuai dengan tuntunannya, maka akan sangat sulit menumbuhkan kepercayaan, ketika kepercayaan belum tumbuh maka persahabatan itu sesunggungnya semu.
Persahabatan bisa dijaga dengan komitmen, komitmen dibangun dengan kesadaran akan pentingnya tujuan yang akan diraih, ketika kesadaran itu memudar maka orang akan mulai berfikir untuk mencari tujuan tujuan yang lain, dimana sangat mungkin tujuan yg lain itu benar atau bahkan salah.
Saudaraku, bila persahabatan itu tujuannya sudah berbeda beda, kesadarannya tidak sama, maka sebenarnya kita sedang membangun bangunan yang rapuh, begitu terkena tekanan sedikit maka akan hancur. Karenanya diperlukan orang yang mau dan mampu terus menerus menjaga agar tujuan persahabatan itu memiliki tujuan yang sama dan kesadaran yang sama pula. Dari sini kemudian pelan pelan kita bangun istana yang kita cita citakan bersama.
Siapapun kita, dimanapun berada, apapun alasannya, akan memerlukan sebuah persahabatan, maka jaga kuatkan isi persahabatan itu dengan aktifitas yang menjadikan Allah sebagai titik akhir perjalanannya, semoga kita semua menjadi pribadi yang layak disebut sahabat bagi orang lain, amin.

Komentar