JANGAN HANYA MENCARI PAHALA,
JAGA YANG SUDAH ADA HANYA
.
Sahabatku yang
sedang berpuasa,
Demikian banyak hadist yang menjelaskan tentang keutamaan bulan romadhon,
bagaimana pahala dilipat gandakan, kali 7, kali sepuluh, bahkan kali 700,
sehingga kitapun berlomba lomba untuk meraih sebanyak mungkin pahala di bulan suci ini.
Namun Satu hal yang harus kita perhatikan wahai saudaraku, janganlah terlena dengan kesibukan mencari pahala kemudian melupakan pahala yang sudah kita dapatkan.
Pahala yang sudah didapat tidak kita jaga dengan baik kemudian akhirnya hilang tanpa kita sadari, atau bahkan habis sampai tak bersisa.
Atau kemungkinan lain yang terjadi adalah kita sibuk beramal mencari balasan pahala dan merasa mendapat pahala yang banyak ternyata pahala tidak kita dapatkan sama sekali.
Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak menahan
perkataan keji dan perbuatan buruk didalamnya, maka Allah tidak butuh (orang
itu) menahan makan dan minumnya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1903; Sunan Abu Daawud no. 2362]
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1903; Sunan Abu Daawud no. 2362]
Dalam hadist tersebut kita diingatkan untuk
menahan lidah kita dari perkataan keji, dari ghibah, dari adu domba, berbohong
dan sumpah palsu.
Setiap kejelekan yang diakibatkan oleh lidah yang kita miliki sungguh akan mengambil pahala yang kita punya dan menghalangi pahala puasa yang sedang kita lakukan.
Setiap kejelekan yang diakibatkan oleh lidah yang kita miliki sungguh akan mengambil pahala yang kita punya dan menghalangi pahala puasa yang sedang kita lakukan.
Bahkan sampai muncul pernyataan “ Allah tidak
butuh upaya kita menahan makan dan minum (puasa).” Ini menggambarkan betapa sangat berbahayanya
membiarkan lidah kecil ini melakukan
perbuatan tercela, karena akan menghapus pahala yang kita lakukan.
dalam musnad Imam Ahmad :
Ada dua wanita yang sedang puasa dimasa Rasulullah SAW tiba
tiba pada sore hari keduanya merasa payah karena sangat lapar dan haus hampir
pingsan keduanya, maka keduanya mengutus orang pergi kepada Nabi SAW untuk
minta izin akan berbuka (membataikan puasanya), maka Nabi s.a.w. mengirim pada
keduanya gelas dan menyuruh keduanya muntah didalamnya apa yang telah dimakan
itu. Tiba-tiba yang satu muntah darah dan daging mentah, dan yang kedua juga
begitu sehingga penuh gelas itu, dan orang-orang merasa heran (ajaib), lalu
Nabi SAW bersabda :
"Keduanya puasa dari apa yang dihalalkan Allah, dan
makan apa yang diharamkan oleh Allah, sebab yang satu pergi pada yang lain
untuk duduk bersama ghibah (membicarakan kejelekan orang), maka itulah bukti
apa yang mereka makan dari daging orang-orang."
Beruntunglah
kedua wanita tersebut, yang diingatkan oleh Rosulullah atas ghibah mereka
sehingga bisa segera memperbaikinya, sementara kita sekarang hidup tanpa
Rosulullah,
siapa yang mengingatkan kita saat khilaf?
siapa yang mengingatkan kita saat khilaf?
Jangan jangan
selama ini kita asyik dengan berbagai amalan surga namun lupa disaat yang sama
kita rusak amalan surga tersebut dengan ghibah, fitnah dan adu domba, serta bmenikmati
obrolan kejelekan orang lain.
Kita tertipu dengan pikiran kita sendiri, merasa telah melakukan banyak hal, namun di ujung perhitungan nanti, semuaanya tak bernilai apa apa di hadapan Allah.
Kita tertipu dengan pikiran kita sendiri, merasa telah melakukan banyak hal, namun di ujung perhitungan nanti, semuaanya tak bernilai apa apa di hadapan Allah.
Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan diri dari
makan dan minum, sesungguhnya puasa adalah menahan diri dari perkataan dan
perbuatan kotor, maka jika ada seseorang yang menghina atau berbuat bodoh
kepadamu, katakanlah, sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang
berpuasa.”
[Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1872; Al-Mustadrak 1/430]
[Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1872; Al-Mustadrak 1/430]
Terkadang kita telah berupaya menjaga lidah
dari perbuatan sia sia, dari perkataan kotor, namun
ujian datang dari orang lain, cacian, hinaan, mudah kita temui hanya karena masalah
sepele, maka bersabarlah kuatlah untuk tetap istiqomah dan sampaikan
sesungguhnya aku berpuasa, semoga ujian dari orang lain tersebut bisa dihindari
dengan perkataan itu.
tak perlu kawatir dianggap sok alim, karena memang kita sedang berusaha menjadi alim
tak perlu surut karena dianggap sok pinter, sok menggurui, karena kita tahu bahwa kita masih banyak kekurangan, namun kebaikan dan kebenaran harus tetap disampaikan, dengan cara yang tepat, tempat yang sesuai dan ikhlas semata karena Allah.
tak perlu kawatir dianggap sok alim, karena memang kita sedang berusaha menjadi alim
tak perlu surut karena dianggap sok pinter, sok menggurui, karena kita tahu bahwa kita masih banyak kekurangan, namun kebaikan dan kebenaran harus tetap disampaikan, dengan cara yang tepat, tempat yang sesuai dan ikhlas semata karena Allah.
Sahabatku nyang sedang berpuasa,
Semoga dengan selalu menjaga diri dari kejahatan lidah,
menjaga diri dari kejahatan hati,
menjaga diri dari kejahatan syahwat
membuat kita makin khusu’ dalam berpuasa dan diakhir nanti mendapatkan gelar mutaqin.
semoga tabungan pahala yang kita miliki selama ini tidak berguguran dan habis karena kecerobohan kita tidak menjaganya
dengan baik.
menjaga diri dari kejahatan hati,
menjaga diri dari kejahatan syahwat
membuat kita makin khusu’ dalam berpuasa dan diakhir nanti mendapatkan gelar mutaqin.
semoga tabungan pahala yang kita miliki selama ini tidak berguguran dan habis karena kecerobohan kita tidak menjaganya
dengan baik.
Selamat berpuasa semoga kita semua mendapatkan gelar sebagai orang yang bertaqwa, aamiin.
Komentar
Posting Komentar