BELAJAR DARI DAKWAH RASULULLAH



BELAJAR DARI DAKWAH RASULULLAH
( Andi Abi Abdullah )

Sahabatku yang rajin dalam meniti jalan dakwah,
Kerja dakwah adalah kerja yang panjang, kerja kontinyu, terus menerus sepanjang hidup, sehingga wajar dan bisa dimengerti ketika  seseorang merasa jenuh, lelah dan bosan dengan kerja dakwah yang terus menerus. Namun ingatlah wahai sahabatku semua kelelahan tersebut tidak sia sia, setiap teladan sekecil apapun, setiap ucapan walau hanya satu kata dalam dakwah, semua akan diperhitungan dengan adil oleh Allah SWT.
Ketika kejenuhan terjadi maka segera evaluasi diri, cari penyebabnya, temukan solusinya dan kembali bersemangat terjun ke medan dakwah ini, jangan biarkan kejenuhan, kelelahan, kekecewaan menguasai diri kita hingga mengambil seluruh perhatian dan energi yang kita miliki, sehingga kita berubah menjadi pribadi pengeluh, pengkritik, putus asa, bahkan penghujat atas kerja dakwah orang lain.
Sahabatku yang sedang mengevaluasi diri,
Marilah belajar dari Rasulullah bagaimana beliau mengembangkan dakwah ini, merintis jalan islam dengan segala problematika yang dihadapi, hingga akhirnya menyebar luas dan membesar seperti sekarang ini.
Ada 3 point utama yang dijadikan pijakan Rasululullah dalam berdakwah :
1.         Pendidikan Iman.
Pendidikan iman menjadi kerja awal Rasulullah dalam berdakwah, bukan fikih, bukan pula akhlak, karena iman menjadi dasar bagi seseorang untuk berubah menjadi pribadi yang baik. Dengan menanamkan iman diawal maka ini mengurangi permasalahan yang tidak perlu. Andaikan diawal Rasulullah sudah berbicara soal Zakat, tentu akan mendapat penolakan dari orang kaya yg belum kuat imannya, andai Rasulullah sudah berbicara soal Jihad, tentu akan menyurutkan langkah orang yang baru terkumpul beberapa orang tanpa kekuatan. Tapi Rasulullah mengajarkan iman, agar setiap sahabat memiliki ketergantungan dan kecintaan hanya kepada Allah, setelahnya baru bisa diajarkan syariat yang lain.
Bagaimana iman mengetahui iman sudah tertanam atau belum dalam hati kita? Maka lihatlah surat Al Anfal  2-4.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila di sebut nama Allah gemetarlah hati mereka,dan apabila di bacakan pada mereka ayat-ayat-Nya,bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada tuhanlah mereka bertawakal.Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian riski yang kami berikan pada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya,mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi tuhan-Nya dan ampunan serta riski (ni’mat) yang mulia”

2.       Meningkatnya kualitas ibadah.
Ukuran keberhasilan dakwah bagi pelaku maupun jamaah salah satunya adalah meningkatnya kualitas ibadah.
Apabila banyak yang kita pelajari, dan banyak pula yang kita ajarkan/dakwahkan, namun  itu semua tidak dibarengi dengan meningkatnya kualitas ibadah, maka kita perlu introspeksi diri, apakah ada yang salah dalam proses dakwah ini. Benarkah karena Allah? Untuk Allah? Atau untuk yang lain.
Nama kita mungkin dikenal luas sebagai juru dakwah, tapi bila kualitas ibadah kita biasa biasa saja, benarkah itu yang disukai Allah?
Banyak orang menganggap kita orang yang sholeh karena  ucapan dan  pakaian yang kita pakai, tapi bagaimana dengan kualitas ibadah kita?
Sesungguhnya Rasulullah sebagai juru dakwah, juga merupakan teladan dalam kualitas ibadah.
3.       Akhlak yang mulia.
Kekuatan dakwah Rosulullah yang tidak bisa diabaikan adalah Akhlak mulia, banyak orang masuk islam karena melihat akhlak mulia Rasulullah.
Ini pula yang harusnya kita kedepankan dalam dakwah, mengedepankan Akhlak mulia sehingga target dakwah merasa nyaman dan aman berada di dekat kita. Cobalah kita evaluasi bagaimana akhlak kita selama ini dengan mereka yang kita dakwahi, apakah kita merasa lebih alim?, menjaga jarak dan menganggap orang tersebut bukan golongan kita?
Apakah kita tetap ramah dan santun saat mendapat penolakan?
Apakah kita sudah berupaya menghindari perdebatan?
Apakah kita telah menjadi teladan atas apa yang kita dakwahkan?
Ingatlah bahwa dakwah itu mengajak, membimbing, meluruskan, bukan memvonis atau menghujat, jangan sampai dakwah menimbulkan perpecahan umat.
  “Maka dengan rahmat Allah-lah kamu menjadi lemah lembut kepada mereka dan jika kamu berlaku kasar terhadap mereka niscaya mereka akan menyingkir dari sisimu.” (Ali Imran: 159)
Bagaimana mungkin kita berharap dakwah kita akan didengar, akan mendapat simpati, apabila sikap dan akhlak kita tidak mencerminkan dari isi dakwah yg kita sampaikan.
Bagaimana mungkin mereka yang kita dakwahi akan nyaman, bila sikap kita kasar dan tidak berlemah lembut.
Maka berlemah lembutlah wahai saudaraku, bersikap bijaklah, tebarkan kedamaian dan kasih sayang, sentuh hati mereka dengan kebaikan akhlak kita, insyaAllah semua akan indah di akhirnya.

Demikian yang sedikit ini semoga memberi manfaat bagi yang berkenan mengambil manfaat, semoga bisa menyadarkan kita dari lalai dalam menjalani dakwah ini dan kembali mengikuti cara Rasulullah, amin.

Komentar