Menasehati secara bijak

Menasehati secara bijak
(Andi Abi Abdullah)

Sahabatku yang mulia,
Ada seorang murid Imam ahmad  bin Hambal bernama Harun yang menceritakan pengalamannya mendapat nasehat dari sang guru dan sangat membekas dihatinya,
“pada suatu malam Sang guru (Imam bin Hambal) mengetuk pintu rumahnya pelan pelan , berjalan dan duduk dengan sangat hati hati supaya tidak terdengar orang lain. Setelah minta maaf datang malam hari, Ahmad bin hambal berkata ‘ wahai harun, siang tadi aku melintas tidak jauh dari majelismu ketika engkau sedang mengajar, aku melihat muridmu terkena terik matahari saat mencatat hadist, sementara engkau bernaung dibawah bayang pohon, lain kali sebaiknya engkau duduk dalam keadaan sebagaimana murid muridmu duduk’.
Kemudian sang imam dengan sangat hati hati keluar dan pergi meninggalkan Harun.

Mari kita belajar dari riwayat orang sholeh ini.
1.         Sang guru, (syech Imam bin hambal) mengajarkan bahwa kebaikan ketika dilakukan tidak harus kemudian dilihat banyak orang, terkadang dilihat banyak orang akan menimbulkan pujian, pujian mudah menghantarkan pada kesombongan. Mendatangi harun malam hari, dengan hati hati, adalah gambaran betapa beliau menghindari itu.
2.       Menasehati orang lain tidak harus pada saat kejadian itu berlangsung, lihatlah bagaimana sang guru mampu menahan diri untuk tidak menegur muridnya saat melihat kejadian tersebut, namun menundanya malam hari, tentu ini bisa difahami karena menegur, menasehati memberi hukuman didepan orang lain terkadang justru akan menimbulkan dampak psikologis yang tidak baik bagi yang mendapatkan nasehat. bahkan rasa malu  bisa menutupi pemahaman atas kebaikan nasehat tersebut.
3.       Sampaikan nasehat secara santun, memberi nasehat bukan untuk menunjukan bahwa kita lebih baik dari yg di nasehati, namun semata mata karena cinta  kepada sesama muslim maka kita sampaikan nasehat tersebut.
4.        Hindari kata yang mencela, karena seringkali seseorang melakukan kesalahan karena khilaf, atau karena belum tahu, maka sampaikan dengan bahasa yang nyaman di dengar.
5.       Jangan terlalu banyak berbicara dalam nasehat, karena itu bisa membuat hilangnya point utama yang akan disampaikan, dan menimbulkan kejenuhan.
6.       sampaikan kejadiannya secara jelas, agar mudah mengambil hikmah atas peristiwa tersebut, dan tidak salah memahami.

Sahabatku yang mulia,
Semoga yang sederhana ini mampu menghantarkan kita pada kesadaran bahwa mendidik , mengajar, dan membina akhlak mulia harus dilakukan dengan ilmu dan pemahaman yang cukup agar nasehat yg disampaikan diterima dengan baik oleh yang diberi nasehat dan tidak menyebabkan diri terlihat sombong bagi yang orang lain. Nasehat tidak menyebabkan orang lain merasa terhakimi dan terhujat atas sebuah kesalahan.
Mohon maaf atas semuanya....


Komentar