BERILMU UNTUK APA?

BERILMU UNTUK APA?
(Andi Abi Abdullah)

Sahabatku yang banyak memiliki ilmu,

Perintah Allah yang pertama kali turun kepada Rasulullah adalah Iqra “bacalah” , dalam tafsirnya perintah ini adalah kita diperintahkan untuk membaca, mempelajari, memahami semua ayat ayat Allah baik yang kauliyah maupun kauniyah untuk dijadikan dasar dalam melakukan segala aktifitas hidup, menjadi pedoman dan petunjuk agar hidup kita teratur dan terarah.
Namun kita perlu sadari bahwa tidak semua orang dalam melaksanakan perintah “iqro” ini tuntas sampai pada perubahan prilaku, tidak sedikit berhenti pada sekedar penulisan gelar MM,MBA,DR dan Prof bahkan tak sedikit juga berhenti pada gelar Lc dan MA.
Ada yang lebih jauh lagi bahwa ilmu yang sudah didapat kemudian dijadikan kebanggaan dalam berdebat, kesuksesan diatas mimbar, disebarkan kemana mana untuk mendapat penghargaan diri, atau untuk mengharap balasan dunia, namun tidak menjadi dasar perbaikan diri.

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)

Dari hadist tersebut kita bisa fahami bahwa bagi orang yang diberikan oleh Allah Hikmah(ilmu dan kefahaman) maka yang pertama kali dilakukan adalah berprilaku sesuai ilmu tersebut, baru mengajarkannya. Maka menjadi tanggungjawab kita untuk berprilaku seperti ilmu yang kita kuasai, jangan sampai ilmu dan gelar yang kita miliki hanya sekedar penulisan atau hanya untuk kita ceramahkan kemana mana tanpa kita jadikan prilaku diri kita sendiri.

Sahabatku yang berilmu,

Saya teringat sebuah cerita, ada seorang ulama senior yang hadir dalam suatu ceramah besar yang disampaikan mantan santrinya, sang ulama terkagum kagum, mantan santri tersebut bisa berbicara dengan sangat menarik, hujjahnya jelas, ilmunya kuat, ketika bercerita kesedihan maka hadirin menangis, ketika melucu, hadirin tertawa, sang ulama merasa senang karena mantan santrinya suatu saat bisa menjadi tokoh besar.
Setelah ceramah selesai sang mantan santri menemui ulama tersebut dan bertanya “ bagaimana ceramah saya ya ustadz, bagus tidak? “
Mendengar pertanyaan mantan santrinya sang ulama terkejut dan kecewa sekali, kemudian menjawab
“ceramah kamu yang tadi bagus sekali, sayang ditutup dengan pertanyaan kamu barusan yang sangat jelek sekali”
Pertanyaan tersebut jelek karena itu artinya sang mantan santri berceramah untuk mendapat pujian dan penilaian orang, belum untuk mengharap ridho Allah.

Sahabatku yang berilmu,

Semoga antum semua bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut, kepandaian ilmu, kemampuan berdakwah, kemampuan mengajar apabila tidak mampu menjadikan prilaku kita menjadi lebih baik maka akan sia sia. Ilmu yang kita dapat harus bisa menjadi perbaikan Akhlak dan budi pekerti. Ilmu yg kita miliki harus bisa menjadi jalan makin mendekatkan diri pada Allah.

“Apa yang keluar dari otak  hanya akan mampu menjangkau otak atau bahkan telinga orang lain, tapi apa yang keluar dari hati  insyaAllah akan masuk kedalam hati orang lain”


Komentar