BELAJAR DARI LAMPU LALU LINTAS

BELAJAR DARI LAMPU LALU LINTAS
Andi Abi Abdullah


Sahabatku yang rajin berkendara,
Saya ingin bertanya satu hal padamu, hal yang sederhana

Apakah yang membuat engkau berhenti saat berkendara ketika bertemu lampu lalulintas menyala merah?
                Karena ada polisi, takut di tilang ?
                Karena takut kecelekaan ?
                Karena kamu orang yang patuh aturan ?

TIDAK !     bukan itu penyebab engkau berhenti ketika ada lampu merah menyala
Yang menyebabkan berhenti adalah karena engkau mengerem kendaraanmu !!!
Walaupun didepan ada polisi sedang operasi gabungan, walau jalanan sedang rame dan bisa kecelakaan, walau kamu orang yang taat aturan, bila engkau tidak mengerem kendaraanmu maka percuma saja, engkau akan tetap melaju melanggar lampu merah itu.
Artinya diperlukan upaya aktif kita melakukan sesuatu ( mengerem) agar aturan lalu lintas bisa kita jalankan, tidak cukup hanya tahu dan faham, namun juga menjalankan apa yang kita fahami.

Sahabatku yang rajin berkendara
Begitu pula dengan hidup kita, sesungguhnya Allah telah menyiapkan lampu lalu lintas hidup yang mengatur kehidupan kita, kapan harus berhenti, kapan harus berjalan, kapan harus ektra hati hati, semua ada dalam aturan Allah yang tertulis didalam alquran dan sunah Rasulullah Saw.
Apabila aturan tersebut kita jalankan maka insyaAllah kita akan selamat sampai tujuan akhir, bila tidak maka “kecelakaan’ adalah tempat kembali kita.
Ingatlah sahabatku, yang menyelamatkan kita di dalam aturan tersebut bukanlah gelar doktor syariah, bukan pula disebut ahli agama, bukan pula karena sering dipanggil ustadz, apalagi sekedar merasa sudah beriman, semua itu menjadi percuma manakala tidak mampu menggerakkan kita untuk aktif bergerak, berprilaku, berjalan saat lampu hijau, dan berhenti saat lampu merah,
Tokoh agama, pengurus MUI, ulama kondang, Dosen tafsir dan apapun itu, bila ilmunya hanya sebatas untuk diskusi, namun tak mampu diaplikasikan dalam prilaku maka semua itu menjadi kurang manfaat, maka sadarilah, segera melakukan perbaikan diri, menjalankan apa yang sudah engkau fahami dan yakini, mempraktekkan ilmu yang sudah engkau kuasai, agar engkau tidak menabrak lampu merah yang sedang menyala.
Ulama  Hasan al basri mengatakan “Al Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Sementara orang-orang menjadikan sekedar membacanya sebagai amalan semata”
Ibnul Jauzy rāhimahullāh menjelaskan ucapan Al Hasan tersebut,
“Yakni mereka mencukupkan diri dengan sekedar membacanya saja dan tidak mengamalkan kandungannya” (Talbis Iblis, hal. 137)

teguran juga diberikan Allah kepada  mereka yang hanya menyampaikan dan mengajarkan namun dirinya tidak mengamalkan

“Apakah kalian menyuruh manusia untuk berbuat kebajikan dan kalian melupakan diri kalian sendiri sedangkan kalian membaca kitab? Apakah kalian tidak berpikir?” (QS. Al Baqārāh : 44)

Semoga kita semua menjadi orang orang yang tidak hanya sibuk mencari ilmu tanpa berupaya mengamalkan,
semoga kita tidak terjebak pada ibadah ritual saja tanpa memahami maknanya
semoga Allah ampuni segala dosa dan khilaf kita, dan satukan kita bersama barisan Rasulullah di akherat nanti, amin.
#sebuahcatatauntukahmadishomuddin




Komentar