MENGGAPAI
SURGA DENGAN WAKAF
Andi Abi Abdullah
Sahabatku calon
ahli surga,
Salah satu
kemurahan yang Allah berikan kepada kita adalah peluang mendapatkan banyak
pahala atas satu perbuatan baik. Apakah perbuatan baik tersebut?
sebuah pemberian
yang apabila dikerjakan pahalanya tidak
hanya saat melakukan pemberian tersebut saja tapi akan terus mengalir selama
apa yang diberikan tersebut masih
manfaat, itulah yang disebut dengan WAKAF.
Begitu istimewanya
wakaf ini sehingga kita banyak melihat orang berlomba lomba dalam memberikan
wakaf, baik dalam bentuk tanah, bangunan, barang dan lain lain semata mata
mengharap agar wakaf tersebut menjadi bagaikan pohon pahala yang akan selalu
berbuah sepanjang waktu menghasilkan pahala yang terus mengalir kepada pemberi
wakaf.
Allah telah
gambarkan keistimewaannya dalam Alquran :
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa
yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(Q.S. al-Baqarah (2): 261)
“Apabila
anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam),
yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atu anak shaleh yang
mendoakannya.” (HR Muslim)
Sahabatku
yang cerdas,
Melihat begitu
istimewanya amal wakaf ini maka marilah kita memanfaatkan kesempatan baik ini
dengan mencari peluang terbaik untuk melakukan wakaf dengan wakaf terbaik yang
bisa kita lakukan sebatas kemampuan kita.
Kita bisa wakafkan
yayasan pendidikan, atau tanah untuk kepentingan umum
Kita bisa wakafkan
karpet atau sajadah dimasjid
Kita bisa wakafkan
fikiran/ide atau tenaga/bekerja untuk kepentingan umum
Dan banyak peluang
lain yang bisa kita wakafkan.
Yang terpenting
adalah jangan sampai wakaf yang sudah kita jalankan kemudian pahalanya menjadi
musnah, hilang sia sia karena beberapa hal :
1.
Tidak ikhlas dalam berwakaf.
2.
Berbangga diri setelah melakukan
wakaf.
3.
Masih merasa memiliki barang yang
diwakafkan sehingga apa yang terjadi pada barang tersebut atau penggunaan
barang tersebut disikapi seolah barang pribadi.
4.
Mengambil manfaat atas wakaf
tersebut untuk kepentingan pribadi.
Demikian sahabatku beberapa hal yang kita
harus jaga dan hati hati sehingga niat baik kita mendapatkan “pohon pahala”
memberi manfaat di hari perhitungan nanti.
Selamat berlomba
memberi manfaat untuk umat, semoga kita semua menjadi orang yang memiliki kebun
pohon pahala yang akan kita jadikan wasilah keselamatan saat menghadap Allah
nanti, aamiin.
Komentar
Posting Komentar