MENANGISLAH ATAS DOSA KITA
Andi Abi Abdullah
Sahabatku semua yang lembut hati,
Menangis adalah salah satu
respon psikologis ketika seseorang sedih, gembira, kecewa, sakit hati, dan
berbagai kejadian yang kuat mempengaruhi hati kita, karena itu wajar seorang
anak kecil lebih mudah menangis karena hatinya masih labil.
Bagi kita yang sudah dewasa,
menangis menjadi sesuatu yang tidak mudah, walaupun sebenarnya banyak hal yang
bisa membuat kita menangis, tapi karena hati kita yang mulai terbiasa, mulai
mengeras, jarang dilembutkan, sehingga susah sekali air menetes dari mata kita.
Pertanyaan yang lebih spesifik
adalah,
kapankah terakhir kita menangisi
dosa yang telah kita perbuat?
Setahun yang lalu?
bulan kemarin?
Hari ini ?
Atau saat ini kita sedang
menangisi dosa dosa yang telah kita lakukan?
Atau jangan jangan, kita sudah
lupa kapan terakhir kali kita menangis karena dosa
Karena kita merasa tak pernah
berbuat dosa.
Kita merasa selalu benar dan tak
pernah berbuat salah, hingga kita tak pernah menangisi sebuah dosa karena merasa
tak pernah berbuat dosa, bila ini yang terjadi maka hati kita akan mulai
mengeras dan terus mengeras, hingga tak bisa lagi air mata menetes oleh dosa,
karena tak merasa bahwa kita telah malakukan perbuatan dosa.
Sahabatku yang lembut hati,
Apabila seseorang mulai
mengabaikan dosa yang kecil, dan meremehkannya maka pelan pelan akan semakin
banyak dosa yang akan ia perbuat, dan tidak merasa bersalah atas itu.
Ketika dosa mulai diabaikan maka
hati akan mulai kaku dan mengeras, sehingga tidak ada rasa bersalah atas dosa
tersebut, ini akan menyebabkan kita susah untuk menangisi sebuah dosa.
Bagaimana mungkin kita menangisi
sebuah dosa apabila kita tidak merasa itu adalah sebuah dosa?
Saat ini terjadi, saat mata tak
lagi bisa menangis
Saat dosa diabaikan
Inilah saat bibit kesombongan
mulai tumbuh subur didalam hati kita, dan mengeringkan air mata sehingga tak
mampu lagi menetes.
Rasulullah mengambarkan kondisi
orang mukmin dan orang durhaka dalam sebauh hadistnya :
“Sesungguhnya seorang
Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung,
dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat
dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya
dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”.
Seorang mukmin
tak pernah menyepelekan sebuah dosa, sekecil apapun, sehingga hatinya selalu
kawatir untuk berbuat dosa, ini menyebabkan ia mudah menangis karena Allah.
Sebaliknya seorang
yang durhaka, menyepelekan perintah Allah, melihat setiap dosa adalah hal
kecil, menyepelekannya bagai lalat yg terbang dan hinggap dihidung, yang mudah
di kibaskan untuk pergi. Mereka inilah yang hatinya mengeras karena bibit
kesombongan tumbuh subur didalam hatinya, dan dosa tak akan menyebabkan air
matanya mengalir, karena ia tak lagi memperdulikan dosa yang dikerjakan.
Lihatlah gambaran
orang yang mengakui penghambaan dirinya kepada Allah, orang yang mampu melihat
kekurangan dirinya, orang yang mampu melembutkan hatinya karena Allah,
tergambar dalam surat Al isra 109 :
” Dan mereka menyungkur
atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (Al-Isrâ´: 109)
Air mata
menjadi hal yang biasa mengalir setiap teringat dosa sekecil apapun, doanya
semakin khusu’ dan hatinya semakin lembut dan terikat kepada Allah SWT.
Bahkan
seorang sahabat yang begitu gagah perkasa, singa padang pasir, ditakuti karena
kegarangannya di medan tempur, namun di pipinya membekas bekaas lelehan air
mata setiap ia mengingat Allah, dan mengingat dosa yang pernah beliau lakukan,
itulah Sahabat Umar Bin Khotob.
Sahabatku yang lembut hati,
Lembutkanlah
hati dan ingatlah akan dosa yang pernah kita lakukan agar bibit kesombongan tak
memiliki tempat untuk tumbuh, biarkan mata ini menangisi segala khilaf dan
dosa, dan menyesali untuk tidak mengulangi lagi, agar kita selamat dari api
neraka di akherat nanti.
Dari Uqbah bin Amir RA,
dia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah bagaimana caranya agar selamat? Rasulullah
bersabda: ‘Kendalikan lisanmu, hendaknya rumahmu membuatmu merasa nyaman (untuk
beribadah), dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR: At-Tirmidzi).
Semoga kita
semua menjadi orang orang yang mudah
menangis atas dosa yang pernah kita lakukan dan selamat dari siksaan api neraka, aamiin.
Komentar
Posting Komentar