BELAJAR
DARI IBRA
Andi
Abi Abdullah
IBRA !, adalah anakku nomor 4 berumur 3 tahun, senangnya main mobil
mobilan. Hampir setiap keluar rumah meminta beli mobil mobilan walaupun model
yg diminta sering kali saya dengan yang sudah di punya.
Ketika kita tolak karena sudah punya, atau karena tidak sesuai umur,
sering kali sedih karena tidak mendapat yg dia inginkan. Terkadang marah saat
yg dimau tidak dibelikan, walaupun saya sudah coba jelaskan alasannya.
Karena ia masih kecil masih belum faham bahwa apa yang diinginkan
belum tentu diperlukan, belum faham bahwa segala sesuatu ada batasannya, belum
mengerti bahwa penolakan adalah salah satu cara membentuk kepribadian menjadi
tangguh.
Namun yang pasti, saya belajar banyak dari Ibra yang ‘mengajarkan’
banyak pelajaran penting atas permintaan mainan mobil mobilan tersebut :
1. Janganlah
terlalu memperturutkan keinginan, karena apa yang kita mau atau inginkan belum
tentu kita butuhkan.
Al-Hasan
Rahimahullah pernah berkata, “Semoga Allah merahmati hamba-Nya yang berhenti di
saat berkeinginan. Jika karena Allah maka ia laksanakan dan jika karena
selain-Nya maka ia tinggalkan.” [Dikutip dari buku Manajemen Qalbu, Ibnu Qayyim
Al Jauziyyah].
2. Seringkali kita
sedih atau kecewa, atau bahkan marah ketika segala sesuatu tidak kita dapati
seperti yang kita inginkan, padahal sesungguhnya tugas kita adalah berproses, ikhtiyar,
soal hasil adalah hak prerogatif Allah, apapun hasilnya terima dengan lapang
dada, selama kita telah berupaya dengan yang terbaik.
3. Dalam doa yang
kita panjatkan meminta banyak hal, seringkali doa tersebut telah dikabulkan namun
kita tak menyadarinya,
-
Doa minta petunjuk, Allah tunjuki melalui orang lain
-
Doa minta rizky Halal, Allah jawab dengan mutasi dari
tempat “basah” ke tempat yang lebih “bersih”.
-
Doa minta banyak pahala, Allah buka jalan membantu orang
lain.
Dan banyak
doa doa lain yang telah Allah kabulkan , namun kita belum mampu memahami jawaban
doa yang kita panjatkan.
4. Belajar untuk mendengarkan pendapat orang
lain. Kalau kita hanya mau menerima pendapat sendiri maka kebenaran hanya
terlihat dari versi kita. Cobalah untuk mendengarkan orang lain, bisa jadi
karena keterbatasan ilmu yang kita miliki, ternyata pendapat orang lain
tersebut lebih baik dan manfaat.
5. Kegagalan adalah
cara Allah menempa kita menjadi kuat, menjadi lebih kuat dalam berusaha,
menumbuhkan empati, bahkan memberi rasa nikmat yang lebih saat menikmati hasil.
Dengan kegagalan kita akan faham bahwa ada kuasa lain (Allah) yang menentukan
sebuah keberhasilan, bukan hanya karena usaha kita sendiri.
surat
Al-Insyirah ayat 5-6: "Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan".
Minimal 5 hal tadi yang saya pelajari
dari Ibra, pagi ini.
Terima kasih anakku, telah mengajarkan
banyak hal pagi ini, semoga manfaat dan
menjadikan diri ini lebih baik lagi, aamiin.
Komentar
Posting Komentar