BERLEPAS DIRI DARI HOAX



BERLEPAS DIRI DARI HOAX
Andi Abi Abdullah


Sahabatku yang bijak,

Media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita.
Baik dalam urusan keluarga, bisnis, sosial, politik, semua berproses dan berkembang di media sosial. Sayangnya tidak semua yang beredar di medsos adalah berita benar, banyak sekali berita HOAX tersebar secara bebas dan saling membagi berita tersebut tanpa ada rasa bersalah dan tanpa berfikir dampak dari berita tersebut.
Apalagi kalau berita tentang kejelekan seseorang yang cukup terkenal, sepertinya saling berlomba menyebarkan seolah ingin membuktikan bahwa ia lebih tahu duluan atas berita tersebut, padahal bisa jadi itu HOAX.
Berita HOAX atau fitnah tidak hanya terjadi masa sekarang ini saja, dimasa Rasulullah juga pernah terjadi yaitu saat Aisyah ra, di fitnah telah melakukan zina oleh orang orang munafiq.
Berita ini cepat sekali menyebar hingga membuat banyak orang terpengaruh dan saling bergunjing sebelum dicek kebenarannya.

Adalah Abu Ayub sahabat mulia, yang rumahnya ditempati Rasulullah saat hijrah ke madinah, ketika mendengar berita HOAX tentang Aisyah ra menyikapinya secara bijak.

Diriwayatkan istri Abu Ayub begitu mendengar berita tersebut bertanya kepada Abu Ayub , “Wahai Abu Ayub, apakah engkau sudah mendengar pembicaraan orang tentang Aisyah?”
Abu Ayub menjawab, “Ya, demi Allah itu adalah dusta.”
Lalu Abu Ayub balik bertanya, “Wahai Ummu Ayub, apakah mungkin engkau melakukan perbuatan yang mereka tuduhkan kepada Aisyah itu?
la pun menyahut, “Demi Allah, aku tidak mungkin melakukan perbuatan itu.”
Abu Ayub kembali berkata, “Demi Allah, sesungguhnya Aisyah lebih suci dan lebih bertakwa daripada dirimu.” 

Sahabatku yang sholeh,
Abu ayub mengajarkan kepada kita untuk tidak menerima begitu saja berita yang sampai kepada kita, namun dengan cerdas mengambil permisalan untuk mengambil kesimpulan.
Seperti itulah seharusnya kita bersikap, ketika ada yang yang menjelekkan orang lain maka berkacalah, karena belum tentu kita lebih baik dari orang tersebut.
Maka berfikirlah, kalau kita tak mungkin bersikap seperti yang diceritakan maka orang lain juga berfikiran sama.
Carilah 1001 alasan agar kita tidak mudah ikut menyebarkan, membicarakan kejelekan orang lain yang belum tentu benar adanya.
Atau bila itu benar, sungguh menjadi kuburan kejelekan orang lain itu jauh lebih mulia dibanding gibah menceritakan kejelekan orang lain kemana mana.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].

Jangan mudah percaya dengan berita MEDSOS, cek dan re cek, kemudian fikirkan apakah bila engkau menyebarkan akan mendapat manfaat atau mudharot.
Apakah akan menambah kualitas keimanan kita, atau justru merusak akhlak.
Semoga kita semua semakin bijak dalam menggunakan media sosial, aamiin.




Komentar