AMBILLAH HIKMAH DARI MANAPUN
Andi Abi Abdullah
Sahabatku pencari hikmah,
Allah telah memerintahkan kepada kita melalui Rasulullah Saw dengan
kata Iqro’, bacalah....
Bacalah seluruh kejadian yang ada disekitar kita, bacalah seluruh ayat
ayat Allah, pelajari semua peristiwa dan kejadian didunia, bahkan ambillah
hikmah atau pelajaran dari siapapun agar kita menjadi lebih faham dan bijaksana
dalam menjalani hidup ini.
Janganlah persempit pola fikir kita yang mau belajar hanya dari buku,
Atau bahkan kita menutup ilmu yang begitu luas hanya mau mendengarkan
dari sosok guru atau ustadz yang sefiqroh atau segolongan, padahal kebaikan,
ilmu , kebenaran bisa disampaikan siapapun dari manapun.
Bahkan Rasulullah pernah mengambil pelajaran dari seorang yahudi dalam
riwayat berikut :
Seorang Yahudi mendatangi Nabi ` dan berkata, “Kalian
melakukan kesyirikan dan menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah!” Nabi ` bertanya,
“Mengapa bisa demikian?” Yahudi menjawab, “Kalian berkata, ‘Demi Ka’bah!’ Dan
kalian juga berkata, ‘Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan!’” Maka Nabi `memerintahkan
kepada para Sahabat apabila bersumpah agar mengucapkan: ‘Demi Rabb Ka’bah!’ Serta
agar mereka mengatakan: ‘Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu.””
[Riwayat an-Nasā’i VII/6/3773 dan lain-lain. Dinyatakan valid
oleh Syaikh al-Albāni]
Karena yang disampaikan yahudi tersebut kebenara, yang disampaikan
adalah kebaikan maka Rasulullah menerima itu, begitu pula seharusnya kita.
Jangan melihat siapa yang mengajarkan,
Tak perlu meributkan siapa yang memberitahu,
Apabila kebaikan yang disampaikan maka terimalah kebaikan tersebut,
dengan begitu kita akan menjadi lebih faham ilmu dan lebih mulia.
Ibnu mas’ud menyampaikan pesan indah terkait hal ini :
“Barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebenaran maka terimalah
kebenaran itu darinya, meskipun ia adalah orang yang jauh dan dibenci. Dan
barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebatilan maka tolaklah, meskipun ia
adalah orang yang dicintai dan dekat.” [Lihat: Shifah ash-Shafwah, vol. I, hal. 419; dan al-Fawā’id, hal. 148]
Sering kali kita menolak sebuah nasehat yang baik karena kita merasa
lebih berilmu, merasa lebih mulia. Bahkan rasa tidak suka pada seseorang
seringkali membuat kita menolak yang ia sampaikan, kemudian sibuk menjelekan
orang tersebut.
Begitu pula sikap kita kepada teman, sahabat, dan saudara, jangan
karena kedekatan kemudian selalu mendukung dan membenarkan yang disampaikan.
Jangan karena akrab kemudian kita menutup mata terhadap kesalahan,
proporsionalah menilai persoalan, baik terkait nasehat maupun kesalahan.
Sahabatku yang sedang belajar hikmah,
Berlemah lembutlah, buka diri dan fikiran agar mampu lebih bijak dalam
bersikap.
Sesungguhnya barang siapa mampu berdiri tegak dibarisan kebenaran,
maka apapun dan dari siapapun akan dilihat sebagai pelajaran hidup yang harus
diambil hikmahnya, selamat belajar semoga menjadi pribadi yang lebih bijaksana
dan manfaat untuk orang lain, aamiin.
Komentar
Posting Komentar