MENGHINDARI FITNAH
Andi Abi Abdullah
Sahabatku yang sholeh,
Dalam pergaulan
dunia medsos seperti sekarang ini mudah sekali orang menyebarkan berita apapun
ke kalayak umum, sehingga setiap kejadian kecil bisa segera menjadi besar hanya
karena tersebar lewat medsos. Ketika yang tersebar adalah kebaikan maka itu
akan menjadi amal ibadah yang berlipat secara berjamaah, namun apabila
keburukan maka keburukan tersebut juga akan seperti virus yang menyebar, menginfeksi
orang orang yang terlibat dalam penyebarannya.
Salah satu
persoalan yang sering terjadi adalah informasi yang belum pasti, yang baru
katanya, analisa yang belum teruji, kemudian disebarkan dan tersebar tanpa
terkendali sehingga menjadi fitnah bagi yang sedang dibicarakan. Kita tidak
bisa berlepas diri dengan mengatakan hanya meng share saja bukan yang membuat,
karena menyebarkan/share berita tanpa konfirmasi kebenarannya sama posisinya
dengan pembuat berita/fitnah tersebut. Sehingga dosa yang kita tanggung sama
dengan dosa yang membuat dan menyebarkan fitnah tersebut.
Sahabatku yang menjaga diri,
selain
berharap orang lain tidak dzolim dengan kita dalam fitnah, kita juga harus
berupaya secara aktif mencegah fitnah terjadi pada diri kita. Segala sesuatu
disampaikan dengan jelas, bila ada yang meragukan segera di kuatkan, bila ada
peluang untuk timbul fitnah segera dicegah dengan memberikan keterangan
seperlunya agar orang lain tidak menduga duga secara tidak tepat.
Rasulullah
telah mencontohkan hal ini dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Shafiyah
binti Huyay berkata,
”Suatu hari Rasulullah saw sedang beri’tikaf, aku
menngunjunginya malam hari, berbicara dan aku bangun untuk pergi. Rasulullah
saw ikut bangun mengantarkanku. Sedang Shafiyah tinggal di rumah Usamah bin
Zaid.
Maka lewatlah dua sahabat Anshar, ketika keduanya
melihat Rasulullah, maka keduanya segera pergi. Maka Rasulullah bersabda,
”Tunggu! Ini adalah Shafiyah binti Huyay (istri Rasul saw).” Keduanya berkata,
”Subhanallah, ya Rasulullah.” Rasul bertakbir dan bersabda, ”Sesungguhnya setan
mengalir pada anak Adam seperti aliran darah, dan saya takut muncul pada kedua
hati kalian keburukan.” (HR Bukhari dan Muslim )
Lihatlah bagaimana Rasulullah
mencegah fitnah itu terjadi, dengan aktif menjelaskan kepada sahabat tanpa
perlu ditanya, mencegah timbulnya fitnah pada dirinya sekaligus mencegah orang
lain berbuat dosa dengan fitnah. Ini harus kita tiru, tidak bisa kita
berprinsip “yang penting niat saya baik”
namun tidak menjelaskan kepada orang lain sehingga berpotensi timbul fitnah. Kita
tidak bisa mengatakan “gak papa saya di fitnah biarkan saja, karena Allah yang
tahu” tapi tidak berupaya menjelaskan persoalan tersebut kepada orang lain, itu
artinya kita membiarkan orang lain terjerumus kedalam fitnah. Maka cara yang
lebih bijaksana adalah cegah fitnah
dengan penjelasan, hentikan fitnah dengan klarifikasi.
Semoga coretan kecil ini menguatkan kita
untuk lebih hati hati dalam sikap, hindari peluang terjadinya fitnah, baik kita
yang melakukan maupun kita yang menjadi korban, bila sudah terlanjur terjadi
maka lakukan upaya perbaikan agar tidak menjadi dosa bagi banyak orang yang
terkena dampaknya, aamiin.
Komentar
Posting Komentar