BELAJAR DARI KISAH NABI NUH
Andi abi abdullah
Sahabarku yang gemar mengambil hikmah,
Kali ini akan saya
ceritakan kisah nabi nuh as agar bisa diambil pelajarannya bagi kita semua.
Nabi Nuh sebagaimana nabi
yang lain menjalani proses dakwah yang tidak mudah, ratusan tahun berdakwah
hanya memiliki 200 orang pengikut. Bahkan dari pihak keluarga sendiri yaitu
istrinya yang bernama Wali’ah dan anaknya yang bernama Kan’an ikut menolak
dakwah tersebut. Sedang istrinya yang bernama Amrah dan ketiga anaknya (Ham,
sam, Yafits) mengikuti sakwah nabi Nuh as.
Kaum nabi nuh tidak percaya
dengan dakwah yang di sampaikan karena melihat bahwa nabi nuh adalah manusia
biasa seperti mereka, pengikut dakwah tersebut juga bukan orang orang besar
berpengaruh, golongan orang kaya, namun justru yang percaya dengan dakwah
tersebut adalah dari golongan kurang mampu. Ini membuat para penolak dakwah
semakin keras dalam menolak kebenaran, semakin berani dan melecehkan dakwah
tersebut.
“Kami tidak
melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan
kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang
hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu
memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu
adalah orang-orang yang dusta“. (QS. Hud : 27)
Pada suatu hari Allah
memerintahkan kepada nabi Nuh untuk membuat kapal besar. Secara logika perintah
ini tidak masuk akal, saat itu sedang musim panas menyegat, dan posisi mereka
diatas bukit, lalu membuat kapal diatas bukit itu buat apa?
Namun, sebagai seorang hamba yang taat, maka perintah itu tetap di jalankan sepenuh hati.
Makin kencang cemoohan orang
yang menolak pengerjaan kapal tersebut, Nabi Nuh dianggap orang gila karena
membuat kapal di atas bukit, bahkan sebagai bentuk pelecehan terhadap pekerjaan
tersebut, mereka secara sengaja membuang hajat/kotoran kedalam kapal tersebut.
Singkat cerita kapal
tersebut sudah jadi, musim kemarau panjang berubah menjadi hujan yang turun
deras tanpa henti. Nabi nuh mulai mengumpulkan para pengikutnya dan hewan
berpasang pasangan untuk dibawa naik kedalam kapal tersebut. Ketika banjir
mulai melanda nabi nuh berusaha mengajak Wali’ah dan Kan’an untuk menaiki
kapal, namun mereka berdua tetap menolak dan berusaha menghindari banjir
tersebut hingga akhirnya tenggelam.
Allah telah menjawab doa
nabi Nuh dengan mengirimkan azab bagi orang orang yang ingkar dengan banjir
besar yang menewaskan mereka, semoga azab yang seperti ini tidak terjadi lagi
dan tidak menimpa kita, aamiin.
Sahabatku yang cerdas,
Ada beberapa pelajaran yang
bisa kita ambil dari peristiwa ini,
1.
Berdakwah,
menyampaikan kebenaran, bukanlah kerja yang mudah, bukan kerja yang berisi
pujian dan sanjungan, hamparan karpet merah, namun kerja dakwah adalah kerja
yang penuh ujian dan cobaan, cacian bahkan ancaman pembunuhan, sehingga
bersabarlah wahai kalian yang sedang meniti jalan ini, Allah melihat setiap
kesulitan yang kalian hadapi, dan Allah akan balas dengan balasan terbaik,
insyaAllah.
2.
Iman tak dapat
diwarisi, iman juga tak dapat di paksakan, barang siapa yang hatinya terbuka
akan kebenaran makan iman akan masuk dan bersemayam, namun bagi yang menolak
kebenaran maka iman akan susah masuk kedalam hati. Bahkan seorang anak nabi
bernama Kan’an dan istri nabi bernama Wali’ah tak mampu disadarkan untuk
mrnerima cahaya Allah. Karena itu jangan berbangga atas nazab atau keturunan,
karena itu bukan jaminan iman.
3.
Ketaatan atas perintah Allah itu mutlak,
kebenarannya itu pasti terlepas kita sudah faham maksudnya atau belum. Bila perintah
maka segera laksanakan, karena kemampuan Akal manusia
terbatas, sementara akal Tuhan tanpa batas (‘aql al-Nas muhaddadun wa ‘aql
al-Allah ghairu muhaddadin).
Perintah membuat kapal diatas bukit tentu tidak masuk akal, namun ketaatan
nabi Nuh megalahkan logika berfikir, dengarkan dan taat, itulah dalam menerima
perintah Allah.
4.
Dalam hidup kita tidak hanya memikirkan
diri sendiri, namun jyga orang lain dan keberlangsungan kehidupan, lihatlah
bagaimana Nabi Nuh memasukkan pengikutnya kedalam kapal, juga membawa hewan
berpasang pasangan agar setelahnya kehidupan akan kembali berjalan. Jangan egois
dengan hanya mementingkan diri sendiri, kepentingan orang lain juga harus
diperhatikan. Kerjakanlah sesuatu yang manfaatnya akan dinikmati orang banyak,
insyaAllah hidup kita akan lebih berkah.
Demikian sahabatku semoga bisa mengambil
hikmah dan menambah keimanan kita kepada Allah, hiduplah dengan aturan agar
tidak menyakiti dan mengambil hak orang lain, dan aturan terbaik adalah aturan
Allah.
Komentar
Posting Komentar